MODUL PELATIHAN
“MENJADI INDIVIDU YANG ASERTIF”
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Personality
Development
Dosen
: Lusi Nur Ardhiani, S.Psi, M.Psi, Psikolog
Oleh:
1.
Harleni
(150209033)
2.
M.Imam
Akbar (150109067)
3.
Sri Dayanti
Ade (150209153)
4.
Winda
Pratiwi (150109056)
5.
Pandi sujarwo
(150209146)
D4 MANAGEMENT
TRANSPORTASI UDARA (DELTA)
SEKOLAH
TINGGI TEKNOLOGI KEDIRGANTARAAN
YOGYAKARTA
2017
A. PENDAHULUAN
LATAR
BELAKANG
Modul ini
merupakan mata kuliah Personality Development. Dalam modul ini diuraikan
tentang bagaimana menjadi individu yang asertif. Dapat dilihat dari asal
katanya, Pengertian Perilaku asertif merupakan terjemahan dari istilah
assertiveness atau assertion, yang artinya titik tengah antara perilaku non
asertif dan perilaku agresif, namun dari kata asal katanya yang singkat
tersebut belum menggambarkan hakekat asertif yang sesungguhnya.
Pengertian asertif yang diterangkan dalam literatur asing tidak secara
gamblang menyebutkan apa yang dimaksud dengan perilaku asertif. Menggunakan
pendapat para ahli untuk memahami pengertian asertif juga akan bermuara
kepada berbagai pendapat yang bermacam ragam rumusannya.karena terkadang
pendapat para ahli akan berbeda .Modul tentang pengertian dan bagaimana menjadi
individu asertif akan mengantarkan pembaca pada pengertian tentang perilaku
asertifsecara sederhana. Pengertian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk
mendapatkan pemahaman yang memadai tentang hakekat perilaku asertif.
Pentingnya
perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi segala kebutuhan
dan keinginan dan keinginan, misalnya dalam bersosialisasi dengan lingkungan
sekitar terutama pada remaja yang mulai tertarik dengan lingkungan sosial yang
berada diluar keluarga. keuntungan yang di dapat dari berperilaku asertif yaitu
dapat memenuhi keinginan, kebutuhan dan perasaan individu agar dapat di
mengerti dan dipahami oleh orang lain, sehingga tidak ada pihak yang merasa di
rugikan,yang paling terpenting ialah bagaimana kita bisa memahami apa yang kita
inginkan dan mengungkapkannya tanpa menyinggung perasaan orang lain, dengan
komunikasi yang baik, akan mempermudah dalam berhubungan sosial .
Perilaku
asertif menjadi suatu cara yang dapat dilakukan untuk menciptakan kemampuaan
berkomunikasi serta penyesuaian diri yang baik dan efektif terutama bagi
remaja, hal tersebut berkaitan dengan salah satu tugas perkembangan remaja yang
tersulit yaitu penyesuaian sosial.pada masa ini remaja dapat menolak hal-hal
yang tidak tepat, dapat mengungkapkan hal-hal yang tidak sesuai dan dapat
bersikap jujur dan terbuka,hal ini merupakan salah satu ciri dari perilaku
asertif.Perilaku asertif menurut Alberti dan Emmons (dalam Marini &
Andriani,2005) adalah perilaku yang memungkinkan seseorang untuk bertindak
sesuai dengan keinginan, mempertahankan diri tanpa merasa cemas,
mengekspresikanperasaan secara jujur dan nyaman maupun menggunakan hak-hak
pribadi tanpa melanggar hak-hak orang lain.
B. MANFAAT dan TUJUAN
1.
Dengan
menyelenggarakan pelatihan ini, maka harapan kami adalah agar peserta menyatakan
perasaan pribadi dan jujur terhadap pendapat diri dan orang lain.
2.
Pelatihan
ini juga ditujukan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan.
3.
Setelah
mengikuti pelatihan ini para peserta juga diharapkan dapat mendengarkan
pendapat orang lain dan menyatakan pendapat pribadi tanpa mengorbankan perasaan
orang lain .
C.
MATERI
1.
Perkenalan
2.
Penjelasan
perilaku asertif
3.
Game
pelatihan
4.
Penjelasan
game
5.
Video
tentang perilaku asertif
D.
WAKTU
60
menit
E.
PERALATAN
DAN FASILITAS
-
proyektor
-
paper
-
laptop
-
speaker
-
headband
F.
METODE
a)
Menjelaskan
Materi
b)
Menguraikan
Teori
c)
Bermain Game
d)
Menampilkan
Video
e)
Kesimpulan
G.
PROSEDUR
1.
Peserta
diajak untuk mengetahui tentang menjadi perilaku individu yang asertif..
2.
Agar para
peserta tidak terlalu bosan dengan pelatihan yang dilaksanakan maka kami
memberikan game di sela waktu.
3.
Kami juga
akan menampilkan beberapa video yang bertujuan agar para peserta mengetahui
contoh sikap yang asertif.
4.
Setelah itu
kami akan menjelaskan atau memaparkan dari video yang telah ditampilkan.
H. HASIL
Setelah mengikuti pelatihan ini
diharapkan peserta memiliki kepercayaan diri, Meningkatkan kemampuan individu
untuk menyatakan dan mengekspresikan dirinya dalam berbagai situasi
sosial dan Menghindari kesalah pahaman dari pihak lawan komunikasi .
RANCANGAN PELATIHAN
Tabel slot
waktu dalam pelatihan :
WAKTU
|
DURASI
|
SLOT
|
10.15 – 10.20
|
5 menit
|
Pembukaan
|
10.20 – 10.35
|
15 menit
|
Materi asertif
|
10.35 – 10.55
|
20 menit
|
Game 1
|
10.55 – 11.00
|
5 menit
|
Penjelasan game
|
11.00 – 11.15
|
15 menit
|
Video dan
Penjelasan
|
MATERI
A.
Perilaku
Asertif
Perilaku asertif adalah menyatakan
secara langsung suatu ide, opini, dan keinginan. Tujuan perilaku asertif adalah
untuk mengkomunikasikan sesuatu pada suasana saling percaya. Konflik yang
muncul dihadapi dan solusi dicari yang menguntungkan semua pihak. Individu yang
asertif memulai komunikasi dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat
menyampaikan kepedulian dan rasa penghargaan mereka terhadap orang lain.
Tujuan komunikasi ini adalah untuk
mengungkapkan pendapat diri sendiri dan untuk menyelesaikan masalah
interpersonal tanpa merusak suatu hubungan. Perilaku asertif mengharuskan kita
untuk menghormati orang lain sebagaimana kita menghormati diri sendiri. Konflik
tidak dapat dihindari dalam hubungan dengan sesama manusia. Walaupun konflik
biasanya dipandang sebagai sesuatu yang tidak diinginkan, tetapi proses
penyelesaian konflik tersebut dapat membuat seseorang berkembang, meningkatkan
pemahaman dan rasa hormat kepada orang lain, kendati terdapat
perbedaan-perbedaan. Masalah timbul ketika konflik membuat kita memandang orang
lain sebagai “musuh”, ketika perbedaan kekuasaan dieksploitasi, atau ketika
diskusi untuk penyelesaian masalah menjadi tidak fokus dengan membawa persoalan
lain untuk mengalihkan percakapan. Faktor penting untuk menjadi individu
asertif adalah kemampuan untuk bertindak secara konsisten sesuai standar yang
kita miliki untuk perilaku kita sendiri
Contoh perilaku asertif, antara
lain:
1.
‘Saya berpendapat … bagaimana pendapat Anda?
2.
‘Masalah ini akan saya hadapi dengan cara ini. Bagaimana efeknya terhadap
Anda?’
B.
Teknik-Teknik
Bertindak Asertif
Terdapat beberapa teknik komunikasi
atau strategi yang berguna dalam menanggapi situasi yang cenderung menjadi
konflik.
a)
Memberikan Umpan Balik
Membiarkan orang lain tahu bagaimana
Anda merespon perilaku mereka dapat membantu menghindari kesalah pahaman dan
membantu menyelesaikan konflik yang tidak dapat dihindari dalam suatu hubungan.
Bagaimanapun, memberikan umpan balik yang jujur ketika Anda mendapat reaksi
negatif karena perilaku orang lain memang sulit dilakukan tanpa menyakiti
perasaan. Sering kali, untuk memperbaiki hubungan Anda dalam jangka panjang,
Anda harus menyatakan bahwa Anda kecewa pada apa yang mereka telah lakukan.
Ketika Anda memilih untuk menyampaikan umpan balik negatif kepada orang lain,
gunakan teknik komunikasi yang tidak berkesan mengancam. Kriteria untuk umpan
balik yang bermanfaat termasuk:
1)
Umpan balik difokuskan pada perilaku seseorang bukan kepribadiannya.
Dengan memfokuskan pada perilaku,
Anda mengarahkan umpan balik kepada sesuatu yang dapat diubah oleh seorang
individu.
2)
Umpan balik bersifat deskriptif bukan evaluatif.
Menjelaskan apa yang telah dikatakan
atau dilakukan berkesan lebih tidak mengancam dibandingkan dengan menghakimi
mengapa sesuatu dilakukan (yang hanya berdasarkan asumsi Anda).
3)
Umpan balik berfokus pada reaksi Anda sendiri bukan maksud orang lain.
Menyalahkan atau menganggap ada
maksud buruk dibalik perilaku orang lain bukan merupakan umpan balik yang
konstruktif. Umpan balik menggunakan kata “saya” dengan bentuk kalimat “Ketika
kamu [lakukan atau katakan]___saya merasa___.” Sebagai contoh, “Ketika kamu
terlambat datang kerja, saya merasa frustasi dan marah” adalah lebih baik
daripada “Kamu tidak bertanggungjawab. Kamu tidak peduli pada pasien yang
menunggu dan pekerja lain yang menggantikanmu ketika kau telat”.
4)
Umpan balik bersifat spesifik bukan umum.
Umpan balik fokus pada perilaku yang
baru saja terjadi dan menghindari mengungkit perilaku di masa lalu. Umpan balik
juga tidak boleh menyamaratakan atau terlalu jauh dari peristiwa spesifik yang
telah membuat Anda kesal (misalnya “Kamu selalu melakukan___)
5)
Umpan balik difokuskan pada penyelesaian masalah.
Bukan bertujuan untuk melampiaskan
kemarahan. Tujuannya adalah untuk menyelesaikan suatu masalah yang timbul pada
suatu hubungan sehingga hubungan tersebut dapat berkembang lebih baik.
6)
Umpan balik disampaikan secara pribadi.
b) Meminta
Umpan Balik Dari Orang Lain
Seperti telah dijelaskan di atas,
kita perlu berlatih memberikan umpan balik dengan cara yang tepat. Pada saat
yang bersamaan, kita juga perlu mengundang umpan balik dari orang lain untuk
meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal kita. Sebagai contoh,
sebagai seorang perawat, Anda harus menilai kepuasan pasien secara rutin dan
meminta umpan balik mengenai pelayanan Anda. Sebagai manajer, Anda harus
membiarkan para pekerja tahu bahwa Anda menerima saran dari mereka mengenai
bagaimana mengembangkan operasional di rumah sakit (tempat kerja). Kemampuan
Anda untuk mendengar kritik atau saran tanpa sikap defensif atau marah,
mengakui ketika Anda berbuat kesalahan, dan mendorong orang lain untuk
memberikan umpan balik (meskipun hal itu negatif) akan membuat orang lain jujur
saat berkomunikasi dengan Anda. Mereka juga membantu Anda untuk
mengidentifikasi bidang-bidang pada praktek profesional Anda yang mungkin perlu
perbaikan dan membantu meningkatkan hubungan yang lebih baik dengan orang lain.
c)
Menentukan Batasan
Bagi sebagian dari kita, menentukan
bagaimana kita akan menghabiskan waktu pribadi dan uang kita adalah sumber
frustasi. Kita merasa sulit untuk berkata “tidak” terhadap permintaan apapun.
Dan akibatnya, kita merasa kewalahan dan, sering, marah kepada orang lain
karena “telah mengambil keuntungan” dari kita. Bertindak asertif dalam
menentukan batasan berarti Anda mengambil tanggung jawab untuk keputusan yang
Anda ambil mengenai bagaimana menghabiskan sumberdaya pribadi Anda tanpa merasa
marah kepada orang lain yang memohon/mengajukan permintaan tertentu kepada
Anda. Bertindak asertif dengan menentukan batasan tidak berarti bahwa Anda berhenti
berkata “ya” terhadap semua permintaan. Anda akan tetap membantu orang lain,
karena adanya nilai-nilai yang Anda pegang dan keinginan Anda untuk membantu
orang lain ketika mereka membutuhkan bantuan, meskipun ketika melakukannya Anda
mungkin merasa tidak nyaman. Ketika menghadapi sebuah permintaan, langkah
pertama adalah menentukan seberapa jauh Anda mau memenuhi permintaan tersebut.
Jika Anda perlu waktu untuk mengambil keputusan, menunda keputusan adalah
tindakan yang tepat asalkan Anda kembali ke orang tersebut dalam jangka waktu
yang telah ditetapkan. Seringkali respon tidak selalu berarti “ya” atau “tidak”
tetapi bisa juga berupa tawaran untuk memenuhi sebagian dari permintaan.
Berkata “tidak” atau menentukan batasan mungkin sulit jika Anda yakin bahwa
orang tersebut harusnya tahu bahwa Anda memiliki alasan yang tepat untuk
berkata “tidak”. Jika persaan bersalah menjbak anda, anda mungkin tidak ingin
menjelaskan alasan khusus mengenai keputusan anda. Bagaimanapun, apakah Anda
memberikan alasan atau tidak, tidak akan mengubah fakta bahwa anda memiliki hak
untuk membuat keputusan mengenai bagaimana Anda akan menggunakan waktu dan
keuangan pribadi Anda.
d) Membuat
Permintaan
Meminta sesuatu yang anda inginkan
dari orang lain secara langsung juga diperlukan pada hubungan yang sehat. Jika
anda berada pada posisi manajemen, menyatakan dengan jelas apa yang anda
harapkan dari orang lain adalah suatu bagian penting untuk mencapai tujuan
organisasi. Pada hubungan yang sederajat, membuat permintaan, termasuk meminta
pertolongan, adalah suatu bagian penting dari komunikasi yang jujur. Kita harus
percaya bahwa orang lain akan dapat merespon permintaan kita secara asertif,
termasuk berkata “tidak”. Jadi, kita tidak perlu bereaksi berlebihan ketika
seseorang menolak permintaan kita dengan cara yang asertif.
e)
Berlaku Persisten
Salah satu aspek penting dalam
perilaku asertif adalah persisten untuk menjamin bahwa hak-hak Anda dihargai.
Sering ketika kita telah menentukan batasan atau telah berkata “tidak’,
kemudian orang-orang tersebut akan membujuk untuk mengubah pikiran. Jika kita
mengulangi lagi menyatakan keputusan kita dengan santai, kita telah bertindak
asertif tanpa menjadi agresif dan tanpa menyerah. Respon ini, mengulangi
menyatakan keputusan tadi dengan santai, sering disebut sebagai respon “kaset
rusak” (Smith, 1975). Respon seperti ini akan menghentikan, bahkan orang yang
paling manipulatif, tanpa menimbulkan rasa bersalah atau meningkatkan konflik.
f)
Membingkai Kembali
Bingkai adalah “jalan pintas
kognitif yang digunakan orang untuk membuat suatu informasi yang kompleks
menjadi masuk akal” (Kaufman et al, 2003). Teknik pembingkaian kembali
(reframing) yang dijelaskan oleh Kaufman dkk termasuk:
1)
Fokus pada membangun komunikasi yang efektif untuk suatu kelompok/set tujuan
yang terbatas.
2)
Menguji validitas/keabsahan perspektif orang lain.
3)
Menentukan di mana kesamaan pandangan/tujuan. Mencari hal-hal yang
samasamadisetujui dan fokus pada hasil yang diinginkan dengan perspektif
jangka panjang.
4)
Mengenali kesempatan untuk mencari solusi-solusi yang belum dieksplorasi/
dipikirkan lebih mendalam dan kesempatan-kesempatan yang dapat saling
ditawarkan (trade-off) atau kompromi-kompromi.
5)
Terakhir, mengenali perbedaaan yang tidak bisa dijembatani dan pada saat yang
bersamaan mencari tindakan yang masih bisa diambil untuk mengurangi konflik.
g)
Mengabaikan Provokasi
Konflik interpersonal dapat
memunculkan berbagai metode untuk “menang” dengan cara menghina atau
mengintimidasi orang lain. Sebagai contoh, pasien yang marah atau merasa putus
asa mungkin menyerang dengan serangan personal. Farmasis yang merasa
dikritik secara tidak adil mungkin merespon dengan sikap agresif atau
sarkastik. Konflik interpersonal antara profesional-profesional di bidang
kesehatan sering ditandai dengan perebutan kekuasaan dan otonomi (sering
disebut “perang kartu kunci/turf battle”). Mengabaikan komentar yang bersifat
mencela dari orang lain dan tetap fokus pada penyelesaian masalah dapat menjaga
konflik agar tidak meningkat ke arah yang dapat merusak hubungan.
h) Merespon
Kritik
Bagi sebagian orang, kritik
benar-benar dapat membuat diri hancur karena kita biasanya memegang dua
keyakinan irasional yang umum:
1)
Bahwa kita harus disayangi atau diakui oleh semua orang yang kita kenal,
2) Bahwa kita
harus benarbenar kompeten/mampu dalam segala hal yang kita lakukan tanpa pernah
melakukan kesalahan. Karena standar perfeksionis seperti itu tidak mungkin
dicapai, kita secara terus menerus menghadapi perasaan gagal atau tidak
berguna. Pada beberapa kasus, kita mungkin mempunyai keinginan untuk “membalas
dendam” dengan melakukan serangan balik terhadap orang yang memberikan kritik.
Cara satu-satunya untuk meniadakan perasaan seperti itu dan untuk mulai
mengatasi kritik dengan layak adalah dengan menantang kepercayaan irasional
yang mendasarinya yang mengakibatkan kita takut tidak diakui oleh orang lain.
C. Unsur-Unsur
Asertif
Unsur-unsur dalam komunikasi
asertif, antara lain:
a)
Terbuka dan jelas
Upayakan berkomunikasi secara jelas
dan spesifik.
Misalnya: “saya kurang suka ini”,
“Hm….saya menyukai rencana itu, hanya saja mungkin ada beberapa bagian yang
bisa ditingkatkan (bahasa halus dari diperbaiki)”, “saya punya pendapat yang
berbeda yaitu….”
b)
Langsung
Berbicara langsung dengan subyek
yang bersangkutan, jangan membawa masalah ke orang lain yang tidak berhubungan.
c)
Jujur
Berkata jujur agar dapat dipercaya
d)
Tepat dalam bersikap
Pastikan memperhitungkan nilai
sosial dalam berbicara.
e)
Tanyakan umpan balik
Menanyakan umpan balik menjadi bukti
bahwa anda lebih mengutarakan pendapat daripada perintah.
Misalnya: “Apakah sudah jelas? Atau
ada pertanyaan?”.
D. Ciri-Ciri
Asertif
Komunikasi asertif memiliki
cirri-ciri, sebagai berikut:
a)
Terbuka dan jujur terhadap pendapat diri dan orang lain.
b)
Mendengarkan pendapat orang lain dan memahaminya.
c)
Menyatakan pendapat pribadi tanpa mengorbankan perasaan orang lain.
d)
Mencari solusi bersama dan keputusan.
e)
Menghargai diri sendiri dan orang lain dan mampu mengatasi konflik.
f)
Menyatakan perasaan pribadi, jujur tetapi hati-hati.
g)
Mempertahankan hak diri
Sedangkan, Fensterheim dan Baer,
(1980) berpendapat sesorang dikatakan mempunyai sikap asertif apabila mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut :
1)
Bebas mengemukakan pikiran dan pendapat, baik melalui kata-kata maupun
tindakan.
2)
Dapat berkomunikasi secara langsung dan terbuka.
3)
Mampu memulai, melanjutkan dan mengakhiri suatu pembicaraan dengan baik.
4)
Mampu menolak dan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pendapat orang lain,
atau segala sesuatu yang tidak beralasan dan cenderung bersifat negatif.
5) Mampu
mengajukan permintaan dan bantuan kepada orang lain ketika membutuhkan.
6)
Mampu menyatakan perasaan, baik yang menyenangkan maupun yang tidak
menyenangkan dengan cara yang tepat.
7)
Memiliki sikap dan pandangan yang aktif terhadap kehidupan.
8)
Menerima keterbatasan yang ada di dalam dirinya dengan tetap berusaha untuk
mencapai apa yang diinginkannya sebaik mungkin, sehingga baik berhasil maupun
gagal ia akan tetap memiliki harga diri (self esteem) dan kepercayaan diri
(self confidence).
E. Petunjuk
Menjadi Asertif
Adapun petunjuk untuk menjadi
asertif, sebagai berikut:
1)
Bedakan dengan jelas apa saja yang menjadi hak Anda dan apa yang bukan hak Anda
tetapi Anda menginginkannya.Ingat, orang yang asertif bukanlah orang yang suka
merampas hak orang lain. Orang yang asertif bisa memenuhi keinginannya walaupun
sebetulnya itu bukan haknya tanpa pemaksaan dan tindakan destruktif.
2)
Berani mengungkapkan sesuatu yang mengganjal perasaan Anda. Misalnya tentang
ketidakpuasan Anda. Dengan sikap asertif Anda bisa mengungkapkan ketidakpuasan
itu dengan nada yang lebih bersahabat, bukan dengan nada penuh emosi.
3)
Tunjukkan image yang positif, misalnya dengan bertutur kata dan bertingkah laku
sopan. Dengan image positif ini Anda akan lebih mudah diterima dalam bersikap
asertif.
4)
Pandai membaca keadaan. Perilaku asertif dapat dinilai agresif jika ditunjukkan
dalam kondisi yang salah. Maka jika ingin mengungkapkan sesuatu pastikan
suasana dan kondisinya dalam keadaan tenang dan tidak dalam keadaan yang penuh
emosi.
5)
Dalam keadaan emosi jangan sekalipun mengungkapkan keinginan Anda, karena
dikhawatirkan hasilnya tidak objektif karena dipengaruhi oleh hal-hal yang
bersifat subyektif dan emosionil.
Sedangkan menurut Bourne, (1995),
untu menjadi individu yang asertif dibutuhkan strategi, sebagai berikut
1)
Evaluasi terhadap hak-hak pribadi.
Tentukan apa yang menjadi hak anda
dalam situasi yang sedang dihadapi. Misalnya, Anda berhak membuat kesalahan dan
mengubah pikiran anda.
2)
Mengemukakan problem dan konsekuensinya kepada orang yang terlibat dalam
konflik.
Jelaskan sudut pandang anda, bahkan
meski sudah jelas sekalipun. Ini alan membuat orang lain lebih tahu posisi dan
pandangan anda. Deskripsikan problem seobjektif mungkin tanpa menyalahkan atau
menghakimi.
3)
Mengekspresikan perasaan tentang situasi tertentu.
Ketika anda menyatakan perasaan
anda, bahkan orang yang tidak setuju dengan anda sekalipun akan bisa mengerti
perasaan anda tentang situasi itu. Ingat, gunakan pesan “aku” bukan pesan
“kamu”.
4)
Mengemukakan apa yang menjadi permintaan.
Ini adalah aspek penting dari
bersikap asertif. Kemukakan keinginan anda atau yang tidak anda inginkan secara
langsung.
F. Formula
Membangun Asertif
Ada tiga formula untuk membangun
asertif sebagai sebuah pendekatan yang dapat dilakukan dalam mewujudkan sikap
Assertivitas diri, yaitu:
1)
Appreciation.
Dengan cepat dan tanggap memberikan
penghargaan dan rasa hormat terhadap kehadiran orang lain sampai pada
batas-batas tertentu atas apa yang terjadi pada diri mereka tanpa menunggu
mereka untuk lebih dahulu memperhatikan, memahami, menghormati dan menghargai
kita.
2)
Acceptance
Adalah perasaan mau menerima,
memberikan arti sangat positif terhadap perkembangan kepribadian seseorang,
yaitu menjadi pribadi yang terbuka dan dapat menerima orang lain sebagaimana
keberadaan diri mereka masing-masing. Dalam hal ini, kita tidak memiliki
tuntutan berlebihan terhadap perubahan sikap atau perilaku orang lain (kecuali
yang negatif) agar ia mau berhubungan dengan mereka. Tidak memilih-milih orang
dalam berhubungan, dengan tidak membatasi diri hanya pada keselarasan tingkat
pendidikan, status sosial, suku, agama, keturunan, dan latar belakang lainnya.
3)
Accomodating.
Menunjukkan sikap ramah kepada semua
orang, tanpa terkecuali, merupakan perilaku yang sangat positif. Keramahan
senantiasa memberikan kesan positif dan menyenangkan kepada semua orang yang
kita jumpai. Keramahan membuat hati kita senantiasa terbuka, yang dapat
mengarahkan kita untuk bersikap akomodatif terhadap situasi dan kondisi yang
kita hadapi, tanpa meninggalkan kepribadian kita sendiri
GAME PELATIHAN
A.
PENDAHULUAN
Permainan
ini bagus dilaksanakan untuk mengisi waktu jika terdapat suasana yang
membosankan. Tetapi didalam game terdapat nilai-nilai yang mendukung tentang
perilaku asertif. Oleh karena itu, ada baiknya selain memberikan materi, sang
trainer membuat permainan. Permainan ini didesain untuk lebih mudah memahahami
tentang perilaku asertif.
B.
TUJUAN
Agar setiap orang mampu mengumakan
gagasan atau ide secara spontan dengan jujur dan menurut pendapat dirinya tanpa
merugikan pihak lain.
1.
Game tebak
kepala
·
Permainan
ini membutuhkan 2 peserta untuk menjadi 1 kelompok.
·
Orang A
membawa kertas yang di taruh diatas kepalanya dan menunjukannya kepada orang B,
untuk menebak tulisan atau kata yang ada di kertas itu orang B harus memperagakan
apa yang ada di kertas itu dan orang A harus menebaknya dengan benar.

Terima kasih, ini sangat membantu. Tapi maaf, bisakah dicantumkan sumber atau daftar pustakanya?
BalasHapusTerima kasih sekali lagi :)